KARYA ILMIAH

“PENGARUH TINGKAT INTELEGENSI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI SISWA”

A.  LATAR BELAKANG
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Belajar adalah istilah kunci (key term) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) ditengah-tengah persaingan yang ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang terlebih dahulu maju karena belajar (Syah, 2006).
Menghadapi era globalisasi sekarang ini, diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan ini terlebih dahulu dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan nasional pada umumnya dan peningkatan prestasi akademik siswa pada khususnya.
Prestasi akademik menurut Bloom (dalam Azwar, 2002) adalah mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar. Menurut Azwar (2004) secara umum, ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi antara lain faktor fisik dan faktor psikologis.
Faktor fisik berhubungan dengan kondisi fisik umum seperti penglihatan dan pendengaran. Faktor psikologis menyangkut faktor-faktor non fisik, seperti minat, motivasi, bakat, intelegensi, sikap dan kesehatan mental. Faktor eksternal meliputi faktor fisik dan faktor sosial. Faktor fisik menyangkut kondisi tempat belajar, sarana dan perlengkapan belajar, materi pelajaran dan kondisi lingkungan belajar. Faktor social menyangkut dukungan sosial dan pengaruh budaya.
Dalam dunia pendidikan formal, pentingnya pengukuran prestasi akademik tidaklah dapat disangsikan lagi. Sebagaimana diketahui, proses pendidikan formal adalah suatu proses yang kompleks yang memerlukan waktu, dana dan usaha serta kerjasama berbagai pihak. Berbagai aspek dan faktor terlibat dalam proses pendidikan secara keseluruhan. Tidak ada pendidikan yang secara sendirinya berhasil mencapai tujuan yang digariskan tanpa interaksi berbagai faktor pendukung yang ada dalam sistem pendidikan tersebut. Betapa jelasnya pun suatu tujuan pendidikan telah digariskan, tanpa usaha pengukuran maka akan mustahil hasilnya dapat diketahui. Tidaklah layak untuk menyatakan adanya suatu kemajuan atau keberhasilan program pendidikan tanpa memberikan bukti peningkatan atau pencapaian yang diperoleh. Bukti peningkatan atau pencapaian inilah yang harus diambil dari pengukuran prestasi secara terencana.
Intelegensi menurut Azwar (2004) merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang. Intelegensi sendiri dalam perspektif psikologi memiliki arti yangberaneka ragam. Salah satu yang paling pokok yaitu menurut Chaplin (dalam Syah, 2006) adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi baru secara cepat dan efektif atau kemampuan menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif. Begitu banyak definisi tentang intelegensi yang dikemukakan oleh para ahli. Definisi intelegensi itu mengalami berbagai perubahan dari waktu ke waktu, tetapi sejak dahulu tidak pernah mengurangi penekanan pada aspek kognitifnya.
Salah satu cara yang sering digunakan untuk menyatakan tinggi rendahnya tingkat intelegensi adalah menerjemahkan hasil tes intelegensi ke dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat kecerdasan seseorang bila dibandingkan secara relatif terhadap suatu norma. Secara tradisional, angka normatif dari hasil tes intelegensi dinyatakan dalam bentuk rasio (quotient) dan dinamai intelligence quotient (IQ). (Azwar, 2004).
Intelegensi sebagai unsur kognitif dianggap memegang peranan yang cukup penting. Bahkan kadang-kadang timbul anggapan yang menempatkan intelegensi dalam peranan yang melebihi proporsi yang sebenarnya. Sebagian orang bahkan menganggap bahwa hasil tes intelegensi yang tinggi merupakan jaminan kesuksesan dalam belajar sehingga bila terjadi kasus kegagalan belajar pada anak yang memiliki IQ tinggi akan menimbulkan reaksi berlebihan berupa kehilangan kepercayaan pada institusi yang menggagalkan anak tersebut atau kehilangan kepercayaan pada pihak yang telah memberi diagnosa IQ-nya.
Sejalan dengan itu, tidak kurang berbahayanya adalah anggapan bahwa hasil tes IQ yang rendah merupakan vonis akhir bahwa individu yang bersangkutan tidak mungkin dapat mencapai prestasi yang baik. Menurut Azwar (2004) hal ini tidak saja merendahkan self-esteem (harga diri)
Seseorang akan tetapi dapat menghancurkan pula motivasinya untuk belajar yang justru menjadi awal dari segala kegagalan yang tidak seharusnya terjadi.
Menurut Slameto (1995) seringkali anak didik yang tergolong cerdas tampak bodoh karena tidak
Memiliki motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin. Hal ini menunjukkan seorang anak didik yang cerdas, apabila memiliki motivasi belajar yang rendah maka dia tidak akan mencapai prestasi akademik yang baik. Sebaliknya, seorang anak didik yang kurang cerdas, tetapi memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, maka dia akan mencapai prestasi akademik yang baik.
Menurut Hamalik (dalam Djamarah, 2002) motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, seseorang mempunyai tujuan tertentu dari segala aktivitasnya. Demikian juga dalam proses belajar, seseorang yang tidak mempunyai motivasi belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar dan prestasi akademiknya pun akan rendah. Sebaliknya, seseorang yang mempunyai motivasi belajar, akan dengan baik melakukan aktivitas belajar dan memiliki prestasi akademik yang lebih baik.Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh tingkat intelegensi dan motivasi belajar terhadap prestasi akademik pada siswa SMK?
B.  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang maka teridentifikasi masalah- masalah:
1.    Kurangnya peran seorang guru dalam memberikan arahan akan pentingnya belajar mendiri.
2.    Kurangnya sarana sebagai penunjang siswa untuk belajar
3.    Kurangnya kemandirian belajar siswa karena lingkungan tempat tinggal
4.    Kurangnya intelegensi dan motivasi belajar siswa dalam meningkatkan prestasinya

C.  Pembatasan Masalah
Karena luasnya teridentifikasi dan keterbatasan penulis maka batasnya masalah ini di batasi pada Pengaruh Intelegensi dan Motivasi Belajar Siswa dalam Meningkatkan Prestasinya..

D.  Perumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan masalah tersebut:
1.    Menjelaskan apa itu Intelegensi
2.    Menjelaskan apa itu motivasi
3.    Menjelaskan pengaruh Intelegensi dan Motivasi terhadap prestasi siswa


E.  Tujuan Penulisan
Adapun manfaat penulisan ini adalah:
1.    Menambah wawasan penulis dalam menulis karya tulis yang benar dan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Andragogi
2.    Untuk menambah pengetahuan pembaca tentang manfaat Tik dalam kehidupan masyarakat.

D. Batasan Istilah
·           Intelegensi Adalah : kemampuan umum seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, dan menyesuaikan diri dengan cara yang tepat.
·           Motivasi adalah : keseluruhan daya penggerak yang menjadi kekuatan pada individu yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan seluruh tingkah laku sehingga diharapkan tujuan belajar dapat tercapai.
·      Motivasi intrinsik adalah motifmotif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
·           Motivasi ekstrinsik adalah motifmotif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
·           Prestasi akademik adalah hasil atau pencapaian yang diperoleh siswa dari aktivitas belajar, yang dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu.
·           Intelegensi Fluid (gf), yang merupakan faktor bawaan biologis.
·           Intelegensi Crystallized (gc), yang merefleksikan adanya pengaruh pengalaman, pendidikan dan kebudayaan dalam diri seseorang atau dengan kata lain merupakan endapan pengalaman yang terjadi sewaktu intelegensi fluid bercampur dengan pengalaman













Bab 2
Kajian Teori
Intelegensi menurut Azwar (2004) merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang. Intelegensi sendiri dalam perspektif psikologi memiliki arti yang beraneka ragam. Salah satu yang paling pokok yaitu menurut Chaplin (dalam Syah, 2006) adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi baru secara cepat dan efektif atau kemampuan menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif. Begitu banyak definisi tentang intelegensi yang dikemukakan oleh para ahli. Definisi intelegensi itu mengalami berbagai perubahan dari waktu ke waktu, tetapi sejak dahulu tidak pernah mengurangi penekanan pada aspek kognitifnya.
Salah satu cara yang sering digunakan untuk menyatakan tinggi rendahnya tingkat intelegensi adalah menerjemahkan hasil tes intelegensi ke dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat kecerdasan seseorang bila dibandingkan secara relatif terhadap suatu norma. Secara tradisional, angka normatif dari hasil tes intelegensi dinyatakan dalam bentuk rasio (quotient) dan dinamai intelligence quotient (IQ). (Azwar, 2004).
Menurut Hamalik (dalam Djamarah, 2002) motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, seseorang mempunyai tujuan tertentu dari segala aktivitasnya. Demikian juga dalam proses belajar, seseorang yang tidak mempunyai motivasi belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar dan prestasi akademiknya pun akan rendah. Sebaliknya, seseorang yang mempunyai motivasi belajar, akan dengan baik melakukan aktivitas belajar dan memiliki prestasi akademik yang lebih baik.
Jadi jelas bahwa Intelegensi siswa dalam berfikir atau yang lebih dikenal dengan IQ dan motivasi belajar sangat berpangaruh, alasannya adalah jika siswa hanya mempunyai IQ tapi tidak termotivasi belajar maka prestasinya juga akan terhambat, begitu juga dengan kebalikannya bahwa motivasi tanpa adanya IQ atau kecerdasan maka hasilnya juga tidak maximal. Keseimbangan keduanya sangat dibutuhkan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.




















Bab 3
Metode Penelitian
Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya ( Best,1982:119). Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini penelitian tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian. Dengan metode deskriptif, penelitian memungkinkan untuk melakukan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal (west, 1982). Di samping itu, penelitian deskriptif juga merupakan penelitian, dimana pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadan dan kejadian sekarang. Mereka melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.
Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan sobjek yang diteliti secara tepat. Dalam perkembangan akhir-akhir ini, metode penelitian deskriptif juga banyak di lakukan oleh para penelitian karena dua alasan. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian di lakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.
Disamping kedua alasan seperti tersebut di atas, penelitian deskriptif pada umumnya menarik para peneliti muda, karena bentuknya sangat sedarhana dengan mudah di pahami tanpa perlu memerlukan teknik statiska yang kompleks. Walaupun sebenarnya tidak demikian kenyataannya. Karena penelitian ini  sebenarnya juga dapat ditampilkan dalam bentuk yang lebih kompleks, misalnya dalam penelitian penggambaran secara faktual perkembangan sekolah, kelompok anak, maupun perkembangan individual. Penenelitian deskriptif juga dapat dikembangkan ke arah penenelitian naturalistic yang menggunakan kasus yang spesifik malalui deskriptif mendalam atau dengan penelitian setting alami fenomenologis dan dilaporkan secara thick description (deskripsi mendalam) atau  dalam penelitian ex-postfacto dengan hubungan antarvariabel yang lebih kompleks.
             Penelitian deskriptif yang baik sebenarnya  memiliki proses dan sadar yang sama seperti penelitian kuantitatif lainnya. Disamping itu, penelitian ini juga memerlukan tindakan yang teliti pada setiap komponennya agar dapat menggambarkan subjek atau objek yang diteliti mendekati kebenaranya. Sebagai contoh, tujuan harus diuraikan secara jelas, permasalahan yang diteliti signifikan, variabel penelitian dapat diukur, teknik sampling harus ditentukan secara hati-hati, dan hubungan atau komparasi yang tepat perlu dilaukan untuk mendapatkan gambaran objek atau subjek yang diteliti secara lengkap dan benar.
            Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi variabel dan tidak menetapkan peristiwa yang akan terjadi, dan biasanya menyangkut peristiwa-peristiwa yang saat sekarang terjadi. Dengan penelitian deskriptifi, peneliti memungkinkan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan hubungan variabel atau asosiasi, dan juga mencari hubungan komparasi antarvariabel.Penelitian deskriptif mempunyai keunikan seperti berikut.
Penelitian deskriptif menggunakan kuesioner dan wawancara, seringkali memperoleh responden yag sangat sediit, akibatnya biasa dalam membuat kesimpulan.Penelitian deskriptif yang menggunakan observasi, kadangkala dalam pengumpulan data tidak memperoleh data yang memadai. Untuk itu diperlukan para observer yang terlatih dalam observasi, dan jika perlu membuat chek list lebih dahulu tentang objek yang perlu dilihat, sehingga peneliti memperoleh data yang diinginkan secara objektif dan reliable. Penelitian deskriptif juga memerlukan permasalahan yang harus diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas, agar di lapangan, peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menjaring data yang diperlukan.

LANGKAH DALAM MELAKSANAKAN PENELITIAN DESKRIPTIF

Penelitian dengan metode deskriptif mempunyai langkah penting seperti berikut.
  1. Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif.
  2. Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas.
  3. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.
  4. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan.
  5. Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian.
  6. Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal ini menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen, mengumpulkan data, dan menganalisis data.
  7. Mengumpulkan, mengorganisasikan, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika yang relevan.
  8. Membuat laporan penelitian

















Bab 4
Pembahasan
A.Prestasi Akademik
Djamarah (2002) mendefinisikan prestasi akademik adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil akhir dari aktivitas belajar. Sedangkan definisi prestasi akademik menurut Azwar (2002) adalah bukti peningkatan atau pencapaian yang diperoleh seorang siswa sebagai pernyataan ada tidaknya kemajuan atau keberhasilan dalam program pendidikan.
Selanjutnya menurut Suryabrata (2006) prestasi akademik adalah hasil belajar terakhir yang dicapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu, yang mana di sekolah prestasi akademik siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu. Kemudian dengan angka atau simbol tersebut, orang lain atau siswa sendiri akan dapat mengetahui sejauhmana prestasi akademik yang telah dicapai. Dengan demikian, prestasi akademik di sekolah merupakan bentuk
lain dari besarnya penguasaan bahan pelajaran yang telah dicapai siswa, dan rapor bisa dijadikan hasil belajar terakhir dari penguasaan pelajaran tersebut.
Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik adalah hasil atau pencapaian yang diperoleh siswa dari aktivitas belajar, yang dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu.
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik antara lain:
a. Faktor internal
1)Faktor jasmaniah (fisiologi), yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh.
2)Faktor psikologis, terdiri atas:
     a. Faktor intelektif yang meliputi:
(1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.
(2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
b.Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis.
d. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
b. Faktor eksternal
1)Faktor sosial yang terdiri atas:
a) Lingkungan keluarga
b) Lingkungan sekolah
c) Lingkungan masyarakat
d) Lingkungan kelompok
2)Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.
3)Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini akan meneliti pengaruh faktor-faktor intelegensi atau kecerdasan dan motivasi terhadap prestasi akademik pada siswa SMA. Pengertian prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikatorindikator berupa nilai rapor, indeksprestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan semacamnya (Azwar, 2004).
B.Intelegensi
Definisi intelegensi menurut Reber (1985) adalah kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Sedangkan intelegensi menurut David Wechsler (dalam Azwar, 2004) adalah kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional serta menghadapi lingkungannya dengan efektif.    
Menurut Purwanto (1990), intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.
Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah kemampuan umum seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, dan menyesuaikan diri dengan cara yang tepat.
Menurut Bayley (dalam Slameto, 1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan intelektual individu, yaitu:
a. Keturunan
Studi korelasi nilai-nilai tes intelegensi diantara anak dan orang tua, atau dengan kakek-neneknya, menunjukkan adanya pengaruh faktor keturunan terhadap tingkat kemampuan mental seseorang sampai pada tingkat tertentu.
b. Latar belakang sosial ekonomi
           Pendapatan keluarga, pekerjaan orang tua dan faktor-faktor social ekonomi lainnya, berkorelasi positif dan cukup tinggi dengan taraf kecerdasan individu mulai usia 3 tahun sampai dengan remaja.
c. Lingkungan hidup
         Lingkungan yang kurang baik akan menghasilkan kemampuan intelektual yang kurang baik pula. Lingkungan yang di nilai paling buruk bagi perkembangan intelegensi adalah panti-panti asuhan serta institusi lainnya, terutama bila anak ditempatkan disana sejak awal kehidupannya.
d. Kondisi fisik
Keadaan gizi yang kurang baik, kesehatan yang buruk, perkembangan fisik yang lambat, menyebabkan tingkat kemampuan mental yang rendah.
e. Iklim emosi
Iklim emosi dimana individu dibesarkan mempengaruhi perkembangan mental individu yang bersangkutan.

C.Teori Intelegensi
Azwar (2004) menguraikan secara ringkas mengenai teori-teori intelegensi, antara lain:
a. Alfred Binet
Alfred Binet termasuk salah satu ahli psikologi yang mengatakan bahwa intelegensi bersifat monogenetik, yaitu berkembang dari satu faktor satuan atau faktor umum.
Menurut Binet, intelegensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang. Binet menggambarkan intelegensi sebagai sesuatu yang fungsional sehingga memungkinkan orang lain untuk mengamati dan menilai tingkat perkembangan individu berdasar suatu criteria tertentu. Jadi untuk melihat apakah seseorang cukup intelegen atau tidak, dapat diamati dari cara dan kemampuannya untuk melakukan suatu tindakan dan kemampuannya untuk mengubah arah tindakannya itu apabila perlu. Inilah yang dimaksud dengan komponen arah, adaptasi dan kritik dalam definisi intelegensi.
b. Thurstone (dalam Heru Basuki, 2005)
Thurstone berpendapat bahwa intelegensi terdiri dari faktor yang jamak (multiple factors), mencakup tujuh kemampuan mental utama (primary mental abilities), yaitu:
1)Pemahaman verbal (verbal comprehension)
Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes-tes kosakata, termasuk sinonim dan lawan kata, dan testes kemampuan menyimak bacaan.
2)Kecepatan verbal (verbal fluency)
Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes-tes yang menuntut menghasilkan kata-kata secara cepat dan tepat, misalnya dalam waktu yang singkat mampu menghasilkan sebanyak mungkin kata yang berawal dengan huruf d.
3) Bilangan (number)
Kemampuan ini biasanya diukur melalui pemecahan masalahmasalah aritmatika. Dalam tes ini sangat ditekankan tidak hanya masalah-masalah perhitungan dan pemikiran, tetapi juga penguasaan atau pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
4)Visualisasi spasial (spatial visualization)
Kemampuan ini biasanya diukur dengan tes-tes yang menuntut manipulasi mental atas simbolsimbol atau bangun-bangun geometris.
5) Ingatan (memory)
Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes mengingat kembali kata-kata atau kalimat yang dihafal dari gambar-gambar yang disertai keterangan gambar (katakata)
6) Pemikiran (reasoning)
Kemampuan ini biasanya diukur melalui te-tes analogi-analogi (misalnya: pengacara, klien, dokter, …, dan lain-lain), atau rangkaian huruf atau angka untuk diselesaikan (2, 4, 7, 11, …, …, …, …)
7) Kecepatan persepsi (perceptual speed)
Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes-tes yang menuntut pengenalan simbol secara cepat, misalnya kecepatan menyilang atau memberi tanda pada huruf f yang terdapat dalam deretan huruf-huruf.
c. Raymond Bernard Cattell
Dalam teorinya mengenai organisasi mental, Cattell mengklasifikasikan kemampuan menjadi dua macam, yaitu:
1) Intelegensi Fluid (gf), yang merupakan faktor bawaan biologis.
Sangat penting artinya untuk melakukan tugas yang menuntut kemampuan adaptasi pada situasisituasi baru. Intelegensi fluid cenderung tidak berubah setelah usia 14 atau 15 tahun.
2) Intelegensi Crystallized (gc), yang merefleksikan adanya pengaruh pengalaman, pendidikan dan kebudayaan dalam diri seseorang atau dengan kata lain merupakan endapan pengalaman yang terjadi sewaktu intelegensi fluid bercampur dengan pengalaman. Intelegensi crystallized ini akan meningkat kadarnya seiring dengan meningkatnya pengalaman dan masih terus dapat berkembang sampai usia 30 sampai 40 tahun.
(Masih Kurang) Penulisan ini menggunakan CFIT (Culture Fair Intelligence Test) skala 3A untuk mengukur tingkat intelegensi pada siswa SMA karena CFIT adalah tes yang bebas pengaruh budaya (culture free) dan dapat digunakan untuk mengukur kemampuan umum seseorang.
D.Motivasi Belajar
Motivasi belajar menurut Wlodkowski dan Jaynes (2004) adalah merupakan sebuah nilai dan hasrat untuk belajar. Sedangkan menurut Sardiman (2004), motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.

Definisi motivasi belajar menurut Uno (2007) adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak yang menjadi kekuatan pada individu yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan seluruh tingkah laku sehingga diharapkan tujuan belajar dapat tercapai.
Terdapat dua macam motivasi menurut Djamarah (2002), yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motifmotif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motifmotif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan dan sebagainya.
Aspek-aspek Motivasi Belajar Menurut Frandsen (dalam Suryabrata, 2006), ada beberapa aspek yang memotivasi belajar seseorang, yaitu:
a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. Sifat ingin tahu mendorong seseorang untuk belajar, sehingga setelah mereka mengetahui segala hal yang sebelumnya tidak diketahui maka akan menimbulkan kepuasan tersendiri pada dirinya.
b. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju. Manusia terus menerus menciptakan sesuatu yang baru karena adanya dorongan untuk lebih maju dan lebih baik dalam kehidupannya.
c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman. Jika seseorang mendapatkan hasil yang baik dalam belajar, maka orang-orang disekelilingnya akan memberikan penghargaan berupa pujian, hadiah dan bentuk-bentuk rasa simpati yang lain.
d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun dengan kompetisi. Suatu kegagalan dapat menjadikan seseorang merasa kecewa dan depresi atau sebaliknya dapa menimbulkan motivasi baru agar berusaha lebih baik lagi. Usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik tersebut dapat diwujudkan dengan kerjasama bersama orang lain (kooperasi), ataupun bersaing dengan orang lain (kompetisi).
e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. Apabila seseorang menguasai pelajaran dengan baik, maka orang tersebut tidak akan merasa khawatir bila menghadapi ujian, pertanyaanpertanyaan dari guru dan lain-lain karena merasa yakin akan dapat menghadapinya dengan baik. Hal inilah yang menimbulkan rasa aman pada individu.
f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.
     Suatu perbuatan yang dilakukan dengan baik pasti akan mendapatkan ganjaran yang baik, dan sebaliknya, bila dilakukan kurang sungguhsungguh maka hasilnya pun kurang baik bahkan mungkin berupa hukuman.
     Dalam penulisan ini, penulis akan menggunakan aspek motivasi belajar menurut Frandsen sebagai alat ukur motivasi belajar, sebab lebih mudah mengukur tinggi rendahnya motivasi belajar seseorang.
E.Pengaruh Tingkat Intelegensi Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi akademik Siswa
Prestasi akademik menurut Suryabrata (2006) adalah hasil belajar terakhir yang dicapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu, yang mana disekolah prestasi akademik siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu. Kemudian dengan angka atau simbol tersebut, orang lain atau siswa sendiri akan dapat mengetahui sejauhmana prestasi akademik yang telah dicapai. Dengan demikian, prestasi akademik disekolah merupakan bentuk lain dari besarnya penguasaan bahan pelajaran yang telah dicapai siswa, dan rapor bisa dijadikan hasil belajar terakhir dari penguasaan pelajaran tersebut.
Seseorang tidak dapat memiliki prestasi akademik begitu saja tanpa ada hal yang mendorongnya untuk menunjukkan hasil belajar yang memuaskan. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, Azwar (2004) secara umum menjelaskan ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi antara lain faktor fisik dan faktor psikologis.
Faktor fisik berhubungan dengan kondisi fisik umum seperti penglihatan dan pendengaran. Faktor psikologis menyangkut faktor-faktor non fisik, seperti minat, motivasi, bakat, intelegensi, sikap dan kesehatan mental. Faktor eksternal meliputi faktor fisik dan faktor sosial. Faktor fisik menyangkut kondisi tempat belajar, sarana dan perlengkapan belajar, materi pelajaran dan kondisi lingkungan belajar. Faktor social menyangkut dukungan sosial dan pengaruh budaya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang adalah tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ). Menurut Syah (2006) tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, dan sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses. Hal yang sama juga diungkap oleh Ekowati (2006) yang menyatakan bahwa terdapat kontribusi positif antara intelegensi (kecerdasan) terhadap hasil belajar siswa. David Wechsler (dalam Azwar, 2004) mendefinisikan intelegensi adalah kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional serta menghadapi lingkungannya dengan efektif, dari definisi tersebut nampak adanya pengaruh yang signifikan antara intelegensi terhadap prestasi akademik. Salah satu faktor lain yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang adalah motivasi belajarnya.
Dari berbagai hasil penelitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi prestasi akademik seseorang. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi akademik seorang anak didik. Hal ini juga didukung oleh penelitian Purnomowati (2006) yang memperoleh thitung untuk variabel motivasi belajar sebesar 4,951 dengan signifikansi 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa variable motivasi belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik siswa. Definisi motivasi belajar menurut Djamarah (2002) adalah suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang menimbulkan proses belajar individu yang berinteraksi langsung dengan objek belajar. Dari penjelasan tersebut, Nampak pula adanya pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar seseorang terhadap prestasi akademik seseorang, oleh sebab itu maka upaya peningkatan prestasi akademik seseorang tidak bisa lepas dari upaya peningkatan motivasi belajarnya.



Bab 5
Penutup
A.Kesimpulan
Penulisan ini menunjukkan bahwa ketiga hipotesis ini diterima, artinya ada pengaruh secara signifikan dari tingkat intelegensi dan motivasi belajar baik terhadap prestasi akademik.
Berdasarkan paparan di atas, diperoleh bahwa intelegensi dan motivasi belajar berpengaruh sangat nyata terhadap prestasi akademik. Hal ini dibuktikan dari t hitung ( Tabel Statistik ) masing-masing sebesar 2,305 dan 3,703, dengan tingkat signifikansi 0,022 dan 0,000.
Dari hasil analisis data yang dilakukan, diperoleh koefisien regresi dari intelegensi sebesar 0,025 dan motivasi belajar sebesar 0,080. Hal ini menunjukkan apabila salah satu variable dalam keadaan konstan, maka motivasi belajar akan berpengaruh lebih besar pada prestasi akademik seseorang.
Hasil analisis data juga menunjukan nilai standardized sebesar 0,266 untuk motivasi belajar. Hal ini berarti bahwa motivasi belajar memberikan kontribusi sebesar 26,6% terhadap prestasi akademik. Sedangkan nilai standar untuk intelegensi sebesar 0,166, yang berarti bahwa intelegensi memberikan kontribusi sebesar 16,6% terhadap prestasi akademik.
Hal ini berarti bahwa intelegensi dan motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi akademik. Selain nilai F, diperoleh juga nilai R square sebesar 0,093, yang berarti bahwa 9,3% prestasi akademik dipengaruhi oleh intelegensi dan motivasi belajar, sedangkan sisanya sebesar 90,7% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
4.2. Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka saran yang dapat dianjurkan adalah sebagai berikut :
1. Bagi Siswa-siswi SMK N 3 OKU
Melihat motivasi belajar memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap prestasi akademik, disarankan kepada siswa-siswi untuk lebih meningkatkan motivasi belajarnya melalui berbagai cara, antara lain menyukai tiap mata pelajaran yang disajikan, memiliki keinginan untuk memperoleh pengetahuan dan lain-lain.
2. Bagi Sekolah dan Guru
Berdasarkan penulisan ini, diketahui bahwa motivasi belajar memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap prestasi akademik, untuk itu fokus terhadap peningkatan motivasi belajar siswa merupakan usaha yang paling sesuai untuk meningkatkan dan atau mempertahankan prestasi akademik siswa di SMK N 3 OKU.
3. Bagi penulisan dan Penelitian Selanjutnya
Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat faktor-faktor lain yang menentukan prestasi akademik seseorang, seperti penglihatan, pendengaran, minat, bakat, sikap, kesehatan mental, kondisi tempat belajar, sarana dan perlengkapan belajar, materi pelajaran, kondisi lingkungan belajar, dukungan sosial serta pengaruh budaya. Dengan demikian dinilai perlu untuk disarankan kepada penelitian selanjutnya untuk meneliti factor faktor lain yang mempengaruhi prestasi akademik.








           





Daftar Pustaka
Ahmadi, A., & Supriyono, W. (2004). Psikologi belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Azwar, S. (2002). Tes prestasi: Fungsi pengembangan pengukuran prestasi   belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dalyono, M. (1997). Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah, S.B. (2002). Psikologi belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ekowati. (2006). Kontribusi intelegensi dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan dan sejarah. Samarinda, Kalimantan Timur. http://www.geocities.com/guruvalah/ hasil-belajar.pdf
Heru Basuki, A.M. (2005). Kreativitas, keberbakatan intelektual dan faktor-faktor pendukung dalam pengembangannya. Jakarta: Gunadarma.
Malik, L.R. (2002). Sumbangan intelegensi, motivasi berprestasi dan partisipasi siswa dalam kelompok ilmiah remaja terhadap prestasi belajar siswa remaja (Penelitian pada siswa SMUN di wilayah Jakarta Timur). Tesis (tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Purnomowati, R. (2006). Pengaruh disiplin dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa
http://www.google.com “ Penelitian Deskriptif ”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tp Menurut ILmuan

EVALUASI HASIL BELAJAR